twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail Website counter

Pages

Tuesday, December 24, 2013

Fungsi Xanthone Yang Terkandung Dalam Buah Manggis

Kulit manggis dikenal sebagai antioksidan super yang dapat mengobati berbagai penyakit dalam tubuh. Mengapa demikian? Tentulah karena kandungan xanthone yang terdapat dalam ekstrak kulit manggis itu sendiri. Xanthone adalah salah satu jenis antioksidan yang memiliki nilai ORAC (oxygen radical absorbance capacity)  tertinggi, jika dibandingkan dengan buah-buahan yang lain yaitu 17.000-20.000. ORAC adalah satuan yang digunakan sebagai indikator untuk menghitung kemampuan antioksidan dalam menetralkan gugus radikal bebas. Seperti yang dimuat dalam Journal of Natural Products, xanthone sendiri memiliki 200 jenis turunan dan 40 di antaranya ditemukan dalam kulit buah (pericarp) manggis dan sedikit di kulit biji (hull).

1. Xanthone berperan dalam pengobatan kanker

Xanthone memiliki dua senyawa turunan, alpha mangosteen dan garcinone E yang sangat potensial dalam menghambat pertumbuhan sel kanker dan tumor. Alpha mangosteen bekerja dengan mekanisme apoptosis (bunuh diri sel) dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan merangsang sel pembunuh alami (natural killer cell) dalam tubuh.
Sel inilah yang bertugas untuk membunuh sel kanker. Ada beberapa penelitian yang mendukung hal tersebut, yang pertama riset praklinis yang dilakukan oleh Moongkarndi et al, Departement of Microbiology, Mahidol University Thailand terhadap 8 jenis tanaman herbal yang memiliki sifat antikanker terhadap aktivitas adenokarsinoma di saluran payudara (kanker payudara) dengan menggunakan MTT assay, menyimpulkan bahwa kandungan alpha mangosteen pada manggis memiliki efek terkuat dalam menimbulkan efek apoptosis atau kematian sel-sel kanker. Yang kedua, penelitian yang dilakukan oleh tim dari Tumor Pathology Division, University Ryukyus, Okinawa Jepang juga menjelaskan hal serupa saat melakukan percobaan dengan mencit untuk melihat kemampuan alpha mangostin dalam menghambat pertumbuhan sel-sel kanker kolon selama 5 minggu perlakuan. Riset itu menyimpulkan alpha mangosteen potensial digunakan sebagai kemopreventif. Ketiga, penelitan yang dilakukan oleh Matsumoto et al, Gifu International Institute of Biotechnology, Jepang menyebutkan bahwa alpha mangostin yang terdapat pada xanthone memiliki kemampuan yang sangat baik untuk membunuh sel kanker leukemia HL60 dengan mekanisme apoptosis.

Tidak hanya itu, Planta Medical mempublikasikan riset klinis yang dilakukan oleh  Chi Kuan Ho et al, dari Veteran General Hospital Taipeh, Taiwan yang membandingkan 2 kelompok sampel penelitian yang diberi ekstrak xanthone serta kemoterapi dan obat. Karena dirasa pengobatan dengan kemoterapi belum bisa memberikan hasil yang maksimal, maka alternatif pengobatan baru sangat diperlukan. Hasil uji coba membuktikan  garcinone E, salah satu senyawa turunan xanthone, memberikan efek sitoksik yang kuat terhadap sel HCCS Hepatocellular carcinomas atau kanker hati. Efek yang sama juga ditemui pada kanker lambung dan paru. Sehingga garcinone E kini dapat dianjurkan sebagai alternatif pengobatan baru untuk beberapa tipe kanker yang berhubungan dengan pencernaan dan paru-paru.

2. Xanthone dapat digunakan sebagai anti bakteri

Sebagai anti bakteri, xanthone bekerja dengan cara meningkatkan sistem imun atau kekebalan tubuh, seiring dengan itu xanthone juga memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bahkan membunuh bakteri itu sendiri. Aktivitas antibakterial pada xanthone tentunya sangat bermanfaat dalam dunia kedokteran sebagai alternatif pengobatan baru pada kasus penyakit yang rentan dan resisten. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Suksamrarn et al, Departement of Chemistry Srinakharinwirot University,Thailand menyimpulkan bahwa xanthone yang diekstrak dari kulit biji (hull) dan biji manggis (seed) berperan sebagai anti tuberculosis. Alpha mangosteen, beta mangosteen serta garcinone B memberikan efek yang kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB).

Selain itu, Journal Medical Association of Thailand mengungkapkan bahwa kandungan polisakarida dalam kulit buah manggis (pericarp) mampu membunuh bakteri Salmonella enteritidis yang sering menyebabkan penyakit melalui konsumsi makanan (foodborne disease). Salmonella yang telah diinokulasikan dan berkembang biak dalam medium agar-agar (PDA) ditetesi dengan ekstrak kulit manggis. Hasilnya, ekstrak kulit manggis tersebut dapat merangsang produksi sel fagositik yang dapat membunuh bakteri intraseluler.

Aktivitas antibakterial xanthone juga sangat efisien dalam pengobatan MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus) dan MSSA (Methicillin Sensitive Staphylococcus Aureus). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iinuma M et al dari Gifu Pharmaceutical University, Jepang membuktikan bahwa xanthone memiliki efek yang kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aures. MRSA yang konon dicap sebagai penyakit yang lebih mematikan daripada AIDS merupakan salah satu tipe bakteri yang ditemukan pada kulit dan hidung yang kebal terhadap antibiotik. Bakteri ini biasanya menginfeksi orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Bakteri ini dapat menyebar dan menginfeksi orang lain melalui kontak kulit dan kontaminasi dengan barang yang telah terinfeksi. Penyakit yang ditimbulkan terlihat seperti infeksi kulit, jerawat, bisul, ruam atau gigitan laba-laba. Infeksi ini biasanya menimbulkan rasa nyeri, sakit, merah dan bengkak. Bakteri ini dapat dengan cepat menembus tubuh dan berpotensi menginfeksi tulang, sendi, luka bedah, aliran darah, jantung dan paru-paru yang dapat mengancam jiwa. Walaupun penyakit ini tidak pernah ditemui di Indonesia, aktivitas antibakterial pada xanthone terbukti efektif untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.

3. Xanthone berperan sebagai anti alergi dan anti inflamasi

Alergi adalah reaksi hipersensitivitas sistem kekebalan tubuh terhadap alergen yang berupa makanan, lingkungan atau bahan tertentu yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya (atopik) padahal sebenarnya tidak bagi orang lain. Sedangkan radang atau inflamasi adalah respon sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi dan iritasi. Ketika tubuh kita mengalami reaksi alergi dan inflamasi, tubuh akan memproduksi dan mengeluarkan antibodi (dengan bahan kimia seperti : histamin, bradikilin, serotinin, leukotrien dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran alergi dan inflamasi.

Pelepasan histamin erat kaitannya dengan gejala alergi. Pelepasan histamin dari sel mast yang distimulasi oleh antibodi IgE dapat menimbulkan reaksi yang berbeda apabila berinteraksi dengan reseptornya. Hingga kini dikenal 4 reseptor histamin, yaitu H1 (pada otot polos, endotelium dan sistem syaraf pusat), ini merupakan reseptor yang paling bertanggungjawab terhadap gejala alergi, H2 (pada sel pariteal), H3 ( pada sistem syaraf pusat) dan H4 (pada sel basofil, saluran cerna dan sumsum tulang). Efek farmakologis yang dihasilkan dari interaksi ini dikenal dengan gejala alergi, yang umumnya dapat berupa gatal-gatal yang bersifat ringan hingga berat, demam, muntah, diare hingga shock.

Untuk mengurangi efek atas tubuh dari histamin yang berlebihan ini, kita memerlukan obat yang dapat berfungsi sebagai antihistamin sehingga gejala alergi pun dapan diredam. Salah satunya, yang dapat kita gunakan adalah ekstrak kulit manggis, xanthone. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nakatani et al, Departement of Pharmaceutical Molecular Biology, Tokohu University, Jepang menyebutkan bahwa ekstrak kulit manggis terbukti dapat menghambat pelepasan histamin dan sintesis prostaglandin E2. Hal serupa juga dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Furukawa et al yang dipublikasikan dalam European Journal Pharmacology, dimana alpha dan gamma mangosteen sebagai derivat xanthone berperan besar sebagai agen penghambat pengeluaran histamin dan serotinin.

Selain dapat digunakan sebagai antihistamin, xanthone juga dikenal sebagai anti inflamasi. Pada kondisi sakit karena infeksi atau cedera sehingga menimbulkan radang, dilepaskanlah prostaglandin E2 sebagai hasil metabolisme asam arakidonat. Pada penelitian Nakatani et al selanjutnya, dengan percobaan yang menggunakan mencit menyimpulkan kandungan xanthone pada manggis dapat menghambat aktivitas prostaglandin E2 (PGE2). Aktivitas itu penting dihambat karena prostaglandin bersama berbagai sitokin dapat menginduksi enzim cyclooxygenase (COX2) yang memicu timbulnya rasa nyeri. Nakatani menyebutkan bahwa gamma mangosteen pada xanthone memegang peranan penting dalam menghambat aktivitas pelepasan prostaglandin E2 ini.

4. Xanthone dapat digunakan sebagai anti virus

Tentunya keberadaan ekstrak kulit manggis xanthone ini dapat menjadi angin segar bagi para penderita HIV/AIDS. Penyakit yang dikenal dengan “fenomena gunung es” ini tidak hanya memiliki prevalensi yang tinggi baik di Indonesia maupun seluruh dunia tetapi juga sangat mematikan. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi sangat lemah dan rentan terinfeksi penyakit yang lain. Dari hasil temuan yang dilakukan oleh Vlietinck et al, tim peneliti dari Departement of Pharmaceutical Science, University of Antwerp, Belgia menyebutkan bahwa senyawa turunan xanthone, alpha mangosteen dan gamma mangosteen mampu menghambat siklus replikasi virus HIV. Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chen et al yang dimuat dalam Planta Medical menyimpulkan bahwa ekstrak kulit manggis menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam menghambat aktivitas HIV-1 protease yang mempengaruhi replikasi HIV.

5. Xanthone dapat menurunkan kolesterol dan kadar gula dalam darah.

Kolesterol merupakan suatu jenis lemak dalam tubuh yang dikategorikan menjadi 4, yaitu LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida. Di dalam darah, kolesterol diangkut oleh LDL dan diedarkan ke sel-sel tubuh yang memerlukan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh HDL untuk dibawa ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang dalam kantung empedu sebagai cairan empedu. Karena tugasnya yang sedemikian rupa, LDL kerap dianggap sebagai lemak yang jahat karena dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah. Sebaliknya, HDL disebut lemak yang baik karena fungsinya sebagai pembersih kelebihan kolesterol di dinding pembuluh darah dan mengangkutnya kembali ke hati. Apabila kadar LDL dalam darah terus meningkat, lama-kelamaan akan mengakibatkan semakin banyaknya penempelan kolesterol dalam dinding pembuluh darah yang mengarah pada penyempitan pembuluh kapiler dan meningkatkan beban kerja jantung. Hal ini dikenal dengan arterosklerosis yang memicu timbulnya penyakit jantung koroner. LDL yang tinggi biasanya diikuti dengan rendahnya kadar HDL dan tingginya trigliserida.

Penyakit yang dikenal dengan pembunuh nomor satu ini memiliki prevalensi yang tinggi di hampir seluruh negara tak terkecuali Indonesia. Alternatif pengobatan modern lebih banyak menganjurkan mengkonsumsi antioksidan yang dapat memecah tumpukan kolesterol, menetralkan radikal bebas, mengurangi kadar LDL serta memperbaiki sel-sel yang rusak akibat penyempitan pembuluh darah sehingga penyumbatan dapat diatasi. Xanthone dari ekstrak kulit manggis memiliki kandungan antioksidan super menjadi salah satu suplemen herbal yang dapat konsumsi secara aman. Hal ini dijelaskan oleh Williams dari Western University, Australia bahwa mangostin, salah satu derivatif yang terkandung dalam xanthone berperan sebagai penangkat radikal bebas. Mangostin akan meningkatkan enzim lipoprotein lifase untuk menghidrolisis LDL menjadi asam lemak dan gliserol. Implikasinya kadar LDL menurun dan HDL meningkat.

Selain itu, ekstrak kulit manggis xanthone juga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Diabetes Mellitus (DM), penyakit yang diakibatkan karena peningkatan kadar glukosa darah ini juga termasuk salah satu penyakit yang mendapat perhatian penting karena DM dapat menjadi faktor risiko yang potensial untuk penyakit-penyakit degeneratif yang lain.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Miura et al, Suzuka University of Medical Sciene di Jepang melalui percobaan dengan menggunakan mencit menyimpulkan bahwa mangiferin, salah satu derivat xanthone dapat menurunkan kadar glukosa darah dan lemak. Mekanisme dari efek hipoglikemik yang potensial ini disebabkan karena meningkatnya sensitivitas insulin.

No comments:

Post a Comment

 

Iklan


Sample Text

Iklan