Dalam satu ceramah, KH Mohamad Hidayat
menjelaskan cara-cara shalat yang benar dari sebuah Kitab Kuning dan
juga kesalahan-kesalahan yang umum terjadi saat shalat.
Sebagai contoh ada orang yang shalatnya
tidak pakai tuma’ninah (berhenti sebentar sekitar 2-3 detik pada posisi
sempurna) pada tiap pergantian gerakan seperti ruqu’, sujud, dan
sebagainya. Sehingga ada orang yang sujudnya seperti ayam lagi matok
makanan. Belum 1 detik menyentuh lantai wajahnya sudah bangkit lagi ke
posisi duduk atau berdiri. Padahal harusnya berhenti sejenak sambil
membaca bacaan “Subhana robbiyal a’laa wa bi hamdih” sebanyak 3 kali.
Ada juga
orang saat bangkit berdiri tangannya bukannya lurus ke bawah dan diam,
namun berayun-ayun ke depan dan kebelakang seperti pendulum jam zaman
dahulu.
Kesalahan shalat lainnya adalah saat
sujud, telapak tangannya bukannya menempel di lantai, justru dikepalkan
sebagaimana orang-orang sedang push-up saat latihan karate.
Dari Ibnu ‘Abbas berkata:Nabi SAW
berkata:“Aku diperintah untuk bersujud (dalam riwayat lain;Kami
diperintah untuk bersujud) dengan tujuh (7) anggota badan;yakni kening
sekaligus hidung,dua tangan (dalam lafadhz lain;dua telapak tangan),dua
lutut,jari-jari kedua kaki dan kami tidak boleh menyibak lengan baju dan
rambut kepala.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al-Jama’ah)
(Hadits dikeluarkan oleh Al-Jama’ah)
Jangan pula sekali-kali makmum mendahului gerakan imam dalam shalat.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda yang artinya, “Tidakkah orang yang mengangkat
kepalanya mendahului imam merasa takut kalau Alloh merubah kepalanya
menjadi kepala keledai.” (HR. Bukhori, Muslim)
“Sesungguhnya ubun-ubun orang
yang merunduk dan mengangkat kepalanya mendahului imam berada di dalam
genggaman setan.” (HR. Thobroni dengan status hasan)
Adapun larangan membarengi gerakan imam
maka dasarnya adalah sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam,
“Sesungguhnya imam itu dijadikan untuk diikuti. Jika imam telah ruku’
maka ruku’-lah kalian dan jika imam bangkit maka bangkitlah kalian.”
(HR. Al Bukhori).
Banyak pula orang yang duduk di belakang sehingga shaf di depannya kosong pada saat khutbah jum’at:
“Sebaik-baik shof bagi laki-laki adalah
yang paling depan, sedangkan shof yang paling buruk adalah yang paling
akhir. Sedangkan shof yang terbaik bagi wanita adalah paling belakang
dan yang paling buruk adalah yang paling depan.” (HR. Muslim).
Akibatnya orang yang datang belakangan sering kesulitan menemukan tempat shalat yang kosong.
Kesalahan lain adalah shafnya kurang
rapat karena menganggap garis-garis sajadah yang lebar itu sebagai
“kapling” dirinya. Kemudian ada pula yang posisi kakinya di depan, yang
lain di belakang sampai hampir satu telapak kaki bedanya. Harusnya
lurus:
Rosululloh bersabda yang
artinya, “Luruskan shof-shof kalian, karena lurusnya shof termasuk
kesempurnaan sholat.” (HR. Bukhori Muslim)
Ada juga orang yang dengan enteng lewat di depan orang yang sedang shalat. Padahal dosanya amat besar:
Rasulllah SAW bersabda,
“Seandainya orang yang lewat di depan orang shalat mengetahui tentang
dosanya, maka pastilah menunggu selama 40 lebih baginya dari pada lewat
di depannya. (HR Bukhari dan Muslim)
Salah saeorang perawi hadits, Abu An-Nadhr, berkata, “Aku tidak tahu apakah maksudnya 40 hari, 40 bulan atau 40 tahun.
Hendaknya yang shalat pun shalat di
tempat yang kemungkinannya kecil dilalui orang. Misalnya di depan masjid
atau di pojok di belakang tiang. Bukan di tempat pintu keluar.
Pasang juga sutrah/pembatas di depan
tempat kita shalat seperti tas, buku, sajadah, dan sebagainya sehingga
orang tahu itu batas tempat kita shalat:
“Janganlah kalian shalat kecuali menghadap sutrah (pembatas) dan jangan perbolehkan seseorang lewat didepanmu” (HR Muslim)
Jika tidak ada sutrah, minimal 3 hasta (1 atau 2 saf) di depannya baru kita boleh lewat.
Sumber: http://alwashiyyah.or.id
No comments:
Post a Comment